Selasa, 19 Maret 2013

Sukses ala Warrent Buffet..???


Bermula Jadi Pegawai TU, Berlanjut Jadi "Warren Buffet" Indonesia

Rizkie Fauzian - Okezone
Browser anda tidak mendukung iFrame
Minggu, 2 Desember 2012 16:44 wib
Lo Kheng Hong. (Foto: sahampemenang.blogspot.com)
Lo Kheng Hong. (Foto: sahampemenang.blogspot.com)
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Mungkin pepatah lama ini dapat menggambarkan sesosok Lo Kheng Hong. Sosok yang kerap dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia.

Karier yang dibangun seorang Lo Kheng Hong berawal dari seorang pegawai tata usaha di sebuah bank daerah Hayam Wuruk. Namun tidak seperti yang dibayangkan kariernya berjalan lambat, saat itu gaji yang diperolehnya sebesar Rp350 ribu. Keputusannya untuk pindah bekerja pada bank yang lebih besar membuatnya menjadi kepala cabang, dengan gaji yang lebih baik. Selama bekerja di bank itulah awal perkenalannya dengan dunia saham hingga sekarang, hingga akhirnya memutuskan keluar dari bank dan fokus dengan sebagai investor saham.

Prinsip hidup hemat serta filosopi "menjadi kaya sambil tidur" yang dipegang teguh olehnya mengantarkan pria 53 tahun ini dijuluki Warren Buffet Indonesia. Hampir seluruh hartanya berupa saham. "Saya hidup hemat, dulu setiap mendapatkan gaji uangnya saya langsung belikan saham, tapi saya tidak pernah berutang dalam membeli saham," jelas dia, beberapa waktu lalu.

Pada 1994, saham yang dibelinya naik hingga beberapa kali lipat, sehingga dirinya dapat membeli rumah di komplek Green Garden, Jakarta Barat saat itu. Lebih lanjut, dirinya pernah membeli saham Group ASTRA pada tahun 1998, saat itu dia membeli UNTR dengan harga Rp250 per lembar saham, kemudian lambat laun mulai membeli saham ASTRA lainnya.

Selain sektor automotif, sektor keuangan, dam agrobisnis, pada sektor alat berat UNTR, Pamapersada dan BRAU yang dulu 60 persen sahamnya dijual oleh ASTRA seharga USD40 juta, padahal sekarang nilainya USD2 miliar. Namun pada 2008 hingga 2010 saham ASTRA tersebut saya jual dengan pertimbangan kesempatan.

"Saham ASTRA saya nilainya sudah berlipat ratusan kali, saya menjualnya untuk membeli banyak saham lain yang waktu itu nilanya sedang turun drastis," ungkapnya.

Pada 2005, Lo Kheng Hong membeli saham Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) dengan harga Rp250 saat itu. Secara bertahap, Kheng Hong membeli saham MBAI hingga memiliki enam juta saham atau 8,28 persen saham MBAI. Saham itu kemudian naik Rp12.600 persen menjadi Rp31.500 per saham. Selain ia juga mendapatkan imbal hasil besar dari PT Hexindo Adiperkasa Tbk, PT Gadjah Tunggal Tbk (GJTL), PT Charoen Pokphan Tbk (CPIN), PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG), PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA), dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK).

Kecerdikannya bermain saham juga dipelajari dari idolanya yaitu Warren Buffet, dari dia pula Lo Kheng Hong belajar banyak tentang saham. "Saya mengidolakannya, puluhan bukunya sudah saya baca dan sangat menginspirasi," ujarnya.

Menurutnya dengan membeli saham maka keuntungan yang didapatkan bukanlah kepada perusahaan tetapi pemegang saham. Sedangkan direksi dan karyawan bekerja keras, tapi ketika perusahaan meraih laba, yang menikmati adalah pemegang saham. Oleh karena itu, Kheng Hong menyarankan pada pemula yang mencoba berkecimpung di pasar modal untuk membeli perusahaan yang memiliki untung besar.

"Membeli perusahaan yang untung besar itu seperti membeli mesin pencetak uang. Karena itu, berbeda dengan investor lain, ia cenderung memilih perusahaan yang menggunakan laba untuk ekspansi usaha daripada membagi dividen ke pemegang saham," tuturnya.

Pekerjaan sebagai investor yang digeluti selama 23 tahun ternyata memberikan keuntungan terutama dari segi waktu, tidak adanya keterikatan dengan waktu memberikan kebebasan melakukan kegiatan yang dia inginkan. menurutnya di dunia ini ada beberapa tipe manusia.

Pertama adalah orang yang punya banyak waktu tetapi tidak punya uang (pengangguran). Kedua, orang yang punya banyak uang tetapi tidak punya waktu (pengusaha). Ketiga, orang yang tidak punya uang dan tidak punya waktu (karyawan). Keempat, punya banyak uang dan punya banyak waktu. "Tipe manusia keempat tersebut adalah investor seperti saya," tuturnya.

Namun menurutnya membeli saham juga memerlukan riset mendalam terutama kepada perusahaan yang akan kita beli sahamnya, menjadi investor bukan sekadar ikut-ikutan, dengan rumor pasar, tapi penting untuk menelaah terlebih dahulu.

"Bagi saya investasi tanpa pekerjaan rumah dan riset mendalam adalah berbahaya. Jangan seperti membeli saham dalam karung, buy what you know and know what you buy," ungkap dia.

Setelah berhasil berinvestasi pada perusahaan yang bagus dengan harga saham baik, maka tugas investor adalah ‘tidur’ dan membiarkan saham itu bekerja untuk kita. Lakukanlah investasi dalam jangka pangjang karena bila berinvestasi dalam jangka pendek (trader) maka keuntungan yang didapatkan tidak terlalu besar malah cenderung menjadi stress dengan kondisi pasar yang naik turun.

"Tidur merupakan jalan untuk meraih kekayaan, dengan membiarkan saham kita bergerak maka setelah beerapa tahun harga saham yamg kita beli tersebut bisa naik. Terkadang tidak melakukan apa-apa itu merupakan bentuk kecerdasaran finansial," kata Lo Kheng Hong. (ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar